Friday, October 23, 2009

Pers dan Nasionalisme

"Indonesia adalah negara yang miskin", "bla..bla..bla..", itukah yang pengen lo omongin tentang Indonesia? Itu yang pengen lo ceritain ke anak-anak lo kelak? Oke, gw mulai posting ini dengan cerita gw sewaktu kecil.

Keseharian gw sewaktu kecil, gw lewati layaknya anak pada umumnya, mulai tk, sd, smp, hingga sma. Tentunya pada masa-masa itu, sekolah menjadi suatu kegiatan yang ga mungkin dilewati anak pada umumnya, dan salah satu mata pelajaran yang pasti semua anak pelajari adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Di mata pelajaran itu kita belajar mengenai sikap, sifat, hingga segala bentuk kepribadian yang ada pada diri suatu individu, tetapi saat menjajakkan kaki di sma, pada umumnya pokok pembicaraan Pkn tidak lain adalah aturan, sejarah, dan segala hal yang berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Memang, gw dapet ilmu dari pelajaran yang gw ikutin itu, gw cinta sama Indonesia, tapi apa rasa nasionalisme saat itu ada? Apakah rasa bangga menjadi warga Negara Indonesia itu ada? Jujur, hal yang gw rasain saat itu berbeda dengan yang gw rasain sekarang. Gw sadar kalo gw benar-benar bangga akan Indonesia ketika gw sudah belajar dan mengemban ilmu Pendidikan Kewarganegaraan selama kurang lebih 9 tahun (dan gw rasa anak-anak seusia gw merasakan hal yang sama). Apa diperlukan waktu selama itu untuk menumbuhkan kecintaan kita akan Indonesia? Apa kita harus mendapatkan ilmu dulu agar kita dapat bangga akan Negara kita sendiri?

Beberapa bulan yang lalu, gw pernah baca tulisan ini dari seorang kaskus addict bernama “narsum” di kaskus :

Kata orang Singapore tentang Indonesia

Suatu pagi di bandar lampung, kami menjemput seseorang di bandara. Orang
itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya
melayu , english, (atau singlish?) beliau menceritakan pengalaman2
hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis,
spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

"Indonesia doesnt need d world, but d world need Indonesia"
"Everything can be found here in Indonesia, u dont need d world"
"Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan,
dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !"

"Singapore is nothing, we cant be rich without indonesia . 500.000orang
indonesia berlibur ke singapura setiap bulan. bisa terbayang uang yang
masuk ke kami? apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun
orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah
rumah sakit kami, orang indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan
indonesia masuk? ya benar2 panik. sangat berasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo agustus kemarin dunia krisis beras. termasuk di
singapura dan malaysia ? kalian di indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami,
air bersih pun kami beli dari malaysia . Saya pernah ke kalimantan,
bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada
matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik
China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya
melihatnya sendiri"

"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo
Indonesia ? Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut
kalo kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya
KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Beli lah dari petani2
kita sendiri, beli lah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu
kalian impor klo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia
will rules the world.."

(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1207342)



Dari tulisan itu, gw bisa ngambil banyak banget pelajaran. Salah satunya yang gw rasain adalah kecenderungan orang Indonesia dalam membicarakan kejelekan Indonesia itu sendiri, di mana kita lebih banyak berbicara dan mempublikasikan berita seputar masalah negatif yang terjadi di negara ini. Memang, hal itu membuat kita lebih introspeksi pada diri kita sendiri, tetapi secara psikologis, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap sikap kita akan Indonesia, hal itulah salah satu faktor yang menyebabkan sikap nasionalisme rakyat Indonesia bisa menurun. Padahal Indonesia adalah negara yang menurut gw sangat jenius. Gw yakin 100%, lo ga akan bisa nyebutin seluruh kekayaan dan prestasi Indonesia yang udah diraih selama ini.

Jadi, menurut gw Indonesia harus lebih memperhatikan kebanggaan itu, baik prestasi, maupun faktor-faktor lain yang membuat Indonesia sebagai negara yang unik di mata dunia. Apa salahnya mempublikasikan dan membanggakan itu semua kalo emang itu bisa membuat sikap nasionalisme kita berkembang? Gw rasa ga ada yang salah, dan memang sudah sifat manusia dalam membanggakan (secara positif) prestasi yang dimiliki.

Yap, yang kita perlukan adalah antusiasme kita dalam mempublikasikan kelebihan yang kita miliki. Bisa lo bayangin apa yang terjadi jika sikap bangga dan cinta akan tanah air dirasakan oleh anak-anak sejak dini, mereka ga perlu mencapai umur remaja untuk mendapat sikap nasionalisme itu, seperti yang gw rasain. Jadi, mind set tentang mereka bahwa Indonesia adalah yang "kaya" dan "luar biasa" sudah ada sejak mereka kecil. Sehingga rasa bangga itu dapat mereka rasain sebelum mengemban ilmu selama kurang lebih 9 tahun. Dan satu-satunya media yang bisa melakukan itu semua, sesuai dengan namanya, yaitu “media massa”. Media massa adalah alat penyalur informasi yang dapat memberikan info apapun secara praktis, efisien, dan menyeluruh. Sekali lagi bisa lo bayangin jika media massa bisa merealisasikan hal ini. Jujur, efek dari media massa ini gw rasain banget pada posting sebelumnya, di mana UFO (Unbelievable Full-edited Object) gw dapat tersebar begitu luasnya (dan konyolnya *haha).

Presiden dan seluruh kabinetnya mungkin adalah salah satu pemain yang dapat memberikan kemajuan terhadap suatu negara, tetapi sumber daya manusianyalah yang sangat menentukan nasib bangsanya itu. Dalam matematika 220.000.000 > 21. Yap, 220.000.000 jiwa (Rakyat Indonesia) lebih berpengaruh daripada 21 jiwa (di kabinet pemerintahan). Dan komunikator dari 220.000.000 jiwa ini adalah media massa.


Salute for the press

2 comments: